Pages

Perjalanan Sukses Seorang Pengemis , Cak To Di Surabaya

14 January 2011

Bos Pengemis Tinggal Nikmati Hidup.

Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis,
dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya . Dari jalur
minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah.
Berikut kisah hidupnya.
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.
Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat  yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.
Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya mantap.
Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.
Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya.
Karena mengemis di Bangkalan kurang ”menjanjikan”, awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ”bakat” Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.
Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ”Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,” ungkapnya bangga.
Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),” tegasnya.
Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ”Kami berpencar kalau mengemis,” jelasnya.
Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.
Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya.
Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.
Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng.
Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.
Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.
Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.
Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.
Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.
Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya.
Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya.
Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti…



Continue Reading | komentar (2)

Rahasia Kelezatan Nasi Pecel Khas Madiun

13 January 2011



Pecel adalah makanan khas Kota Madiun, Jawa Timur, Indonesia yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel. Konsep hidangan pecel ada kemiripan dengan salad bagi orang Eropa, yakni sayuran segar yang disiram topping mayonaise. Cuma kalau untuk pecel toppingnya sambal pecel.

Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabe rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan rempeyek kacang, rempeyek udang atau lempeng beras. Selain itu pecel juga biasanya disajikan dengan nasi putih yang hangat ditambah daging ayam atau jerohan.

Cara penyajian di hidangkan dengan daun pisang yang dilipat yang disebut pincuk. Masakan ini mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan. Rasa pecel yang pedas menyengat menjadi ciri khas dari masakan ini.
Rahasia kelesatnya terletak pada penyajian nasi pecel tersebut, yang dihidangkan dengan sepincuk daun pisang. Apalagi kalau kita nikmati bersama seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita….!!!
So sweet gan.  

Berita Terkait :
Continue Reading | komentar

Cerita Tentang Tradisi Sado Di Jepang

Di Jepang proses membuat teh dan minum teh dilakukan dengan penuh makna dan simbol tertentu. Upacara menum teh ini disebut chado, sado, atau chanoyu, dan kalau dilakukan di luar ruangan disebut nodate.
Upacara minum teh ini pada awalnya adalah tradisi dalam menyajikan teh untuk tamu yang bersifat ritual atau religius. Namun dalam perkembangannya kemudian menjadi tradisi di kalangan bangsawan, dan sampai saat ini masih tetap dipertahankan menjadi budaya Jepang yang sangat dijunjung tinggi. Oleh karena itu tidaklah heran bila anda melihat peralatan untuk membuat dan minum teh,  terbuat dari bahan berkualitas dan penuh sentuhan seni.
Saat ini upacara minum teh dapat dilakukan oleh siapapun. Semua lapisan masyarakat boleh melakukan upacara ini setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat anda ikuti bila berkunjung ke Jepang. Banyak orang dari berbagai belahan dunia tertarik dan mempelajari upacara ini, oleh karena itu tidaklah heran apabila upacara minum teh Jepang ini sangat populer.

Bukan sekedar minum teh
Upacara minum teh dilakukan sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamunya. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati oleh sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh, yang disebut chashitsu. Ruangan ini tidak terlalu besar, bersih, dan pada satu sisi ruang terdapat ceruk (tokonoma) yang dihias dengan lukisan dinding atau kaligrafi yang disebut kakejiku, lalu dilengkapi dengan rangkaian bunga semusim (chabana) dan harum-haruman. Sementara itu di satu sudut ruangan, segala peralatan untuk minum teh juga tertata rapi, mulai dari perapian untuk merebus air (tungku), guci, bubuk teh dan sendoknya, pengocok, dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. Selain itu, tersedia juga kue manis yang akan dibagikan kepada tamu sebelum meminum teh. Teh yang dipakai pada upacara minum teh umumnya, menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus, tetapi bisa juga menggunakan teh hijau jenis sencha.
Karena upacara minum teh bukan hanya untuk menikmati teh, setiap gerakan dan setiap benda dihadirkan untuk diperhatikan dan diapresiasi. Ketika anda memasuki ruangan upacara pun semua harus dilakukan dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi. Anda harus memberikan hormat dan apresiasi terhadap tuan rumah dan apa yang ada di  ruangan acara.
Setiap gerakan dalam mempersiapkan teh dilakukan oleh penyaji dengan lambat. Tungku menyala, air mendidih, perangkat diusap dengan saputangan merah yang dilipat segitiga dan dibalutkan ke tangan kiri. Air mendidih, dan  teh siap diseduh.
Sementara itu, sebelum nimum teh, disajikan sebuah kue yang manis sekali kepada setiap tamu. Cara menyajikan dan mengambilnya pun ada aturan yang penuh sopan santun. Saling membungkuk antara penyaji dan tamu, saling membungkuk untuk minta izin dan mempersilahkan mengambilnya duluan antara tamu satu dan tamu berikutnya. Cara memegang sumpit, mengambil kue, meletakkan di atas kertas, mengelap ujung sumpit, dan mengembalikannya juga menurut aturan tertentu. Tamu kemudian memakan kue manis yang bentuknya sesuai dengan bunga yang kembang pada musim itu. Untuk bulan Juni misalnya, adalah kue berbentuk bunga ajisai. Kue itu terbuat dari tepung ketan ditambah bahan sayuran, ditengahnya kacang merah tumbuk. Warnanya ungu, hijau dan putih. Kue ini dibuat manis untuk mempersiapkan lidah bagi hidangan teh yang pahit.
Setelah makan kue, nyonya rumah mulai menyiduk air yang sedang mendidih di dalam guci dengan gayung kayu, dituang ke dalam mangkuk yang sudah berisi bubuk teh. Dikocok-kocok hingga berbuih, lalu dihidangkan.
Saat menyajikan teh kepada tamu, tuan rumah memegang mangkuk dengan kedua tangan. Memutarnya dua kali di atas tangan kanan, meletakkannya di atas tatami di hadapan tamu, membungkuk dan mempersilahkan. Tamu membalas membungkuk dengan ucapan penerimaan, mengambilnya dengan dua tangan, memutar mangkuk dua kali di atas tangannya sambil mengamati pola di luar mangkuk, menyeruput teh sedapatnya dengan suara ribut, kemudian memberi komentar tentang mangkuknya.
Bentuk mangkuk untuk minum teh juga disesuaikan dengan musim. Mangkuk  yang tinggi untuk musim dingin, supaya kehangatan teh bertahan lebih lama. Mangkuk yang ceper untuk musim panas, supaya teh lebih cepat dingin. Dari pola hiasan di luar mangkuk bisa diketahui zaman pembuatannya.
Ketika upacara berlangsung tidak ada musik pengiring. Hanya bunyi angin menggesek dedaunan di luar, air menetes di pancuran, dan air mendidih di tungku kecil pojok ruangan. Suara alam, ditambah suara percakapan dengan tamu. Biasanya percakapan dilakukan antara tuan rumah dan tamu utama yang duduk paling ujung, paling dekat dengan tungku, paling awal mendapat sajian. Tamu lain semestinya mendengarkan saja percakapan seperti itu, tetapi saat ini terutama untuk tamu asing biasanya semua boleh bertanya.
Sarat dengan makna
Rangkaian pembuatan teh oleh tuan rumah tersebut dilakukan dengan gerakan yang penuh hikmat dan sarat dengan makna. Demikian pula tamu yang menikmati sajian teh. Teh yang sudah siap, dituangkan ke dalam sebuah mangkuk. Sebelum menyerahkan kepada tamu, tuan rumah memutar terlebih dahulu mangkuk tersebut. Maksudnya, agar gambar pada mangkok tersebut menghadap tamu pada saat diberikan. Demikian pula sebaliknya, tamu memutar mangkuk tersebut agar gambar pada mangkuk menghadap tuan rumah pada saat dikembalikan. Ketika akan minum pun, tamu memutar mangkuknya agar gambar pada mangkuk tidak tersentuh oleh mulutnya. Sebenarnya semua ini merupakan simbol nyata sikap saling menghormati antara tamu dan tuan rumah.
Di akhir upacara ini, tuan rumah tetap menunjukkan sikap hormatnya, dengan memperlihatkan peralatan minum dan teh yang baru saja disuguhkan. Hal ini untuk meyakinkan tamunya bahwa yang terbaiklah yang disuguhkan.
Selama upacara minum teh berlangsung anda akan terkesan dengan filosofi masyarakat Jepang yang sangat menghormati tamu ini. Oleh karena itu bila anda diundang sebagai tamu secara formal dalam upacara minum teh, anda  juga harus mempelajari tatakrama, kebiasaan, basa-basi, etiket minum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Masuk ke dalam ruang upacara minum teh di suatu perguruan minum teh, di Jepang, anda akan merasakan seperti masuk ke dalam dunia yang berbeda. “Alam sesudah ini lebih suci dari sebelumnya”, demikian filosofi mereka, sehingga orang yang memasukinya mesti membersihkan terlebih dahulu. Semua perlengkapan yang terbuat dari logam, seperti cincin, jam tangan, anting, dan gelang harus dilepas sebelum masuk ruangan. Perlengkapan minum teh hanya boleh bersentuhan dengan barang-barang lembut. Tangan dan mulut dicuci bersih. Sepatu dilepas. Setiap tamu diberi sebuah kipas sebagai sarana memperkenalkan diri. Kipas itu sebagai ganti pedang bagi para samurai. Aslinya dalam upacara minum teh terbuat dari logam, tetapi saat ini diganti dengan plastik.
Setelah masuk anda duduk melipat kaki dengan rapi, kipas diletakkan di depan lutut, kemudian antara tuan rumah dan tamu saling membungkuk mengucapkan salam. Kemudian dengan tangan kiri, kipas di ambil, disimpan di belakang masing-masing. Setelah itu tuan rumah mengeluarkan perangkat pembuatan teh dan mempersiapkannya.
Dalam tradisi upacara ini, teh disajikan dalam guci atau poci yang terbuat dari tanah liat. Khusus bagian dalam wadah ini tidak boleh dicuci, apalagi disentuh dengan sabun. Aroma sabun akan mempengaruhi aroma teh. Selain itu endapan teh di dalam wadah, akan menambah harum teh yang baru dicelupkan. Dan kenikmatan akan bertambah lagi apabila diminum dengan menggunakan cawan atau mangkuk atau cangkir yang terbuat dari keramik.
Demikian sekilas tentang upacara minum teh yang sarat dengan simbol dan makna, yang bila lebih dalam lagi digali, masih ada makna lain yang bisa diketahui

Continue Reading | komentar

Teh Ternyata Bisa Menangkal Radikal Bebas


Sumber : VIVAnews
Jum'at, 14 Januari 2011, 09:17 WIB


Kandungan antioksidan dalam teh bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari mencegah penyakit hingga membuat awet muda. Tak heran, teh menjadi bagian budaya dan tradisi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Kandungan polifenol yang merupakan antioksidan terdapat dalam teh. Gunanya menangkal radikal bebas dan mengurangi lemak jahat seperti kolesterol," kata pemerhati nutrisi, Rina Purwadi di Kidzania Pasific Place Mall,

Rina mengatakan, ada perbedaan takaran ideal konsumsi teh antara orang dewasa dan anak-anak. Tingkat kepekatan teh untuk anak berbeda dengan kepekatan teh bagi orang dewasa.

Pada orang dewasa, konsumsi idealnya 3-4 gelas per hari. Sementara pada balita dan anak, cukup 1-2 gelas perhari. "Anak-anak yang sedang berkembang masih membutuhkan lemak seperti kolesterol. Sehingga, teh untuk anak sebaiknya tidak sepekat yang diminum orang tua," ia menambahkan.

Lalu, adakah batasan umur balita boleh minum teh? "Tidak ada batasan, tergantung kondisi anak masing-masing. Saat bayi enam bulan atau balita diare, teh dapat diminumkan. Namun seduh hanya kekuningan, tidak sampai memerah seperti teh yang biasa diminum orang dewasa," ujarnya.

Cara membuat minuman teh pun perlu diperhatikan. Bila ingin mendapat khasiat terbaik teh, seduhlah sekantung teh atau daun teh untuk beberapa porsi kecil selama tiga menit. Ini akan menghasilkan kepekatan ideal untuk orang dewasa.

Sedangkan untuk balita dan anak, proses penyeduhan bisa lebih cepat, cukup 1-2 menit. Teh yang sudah diseduh sebaiknya langsung dihabiskan. "Teh yang diseduh berkali-kali sebenarnya sebagian besar antioksidannya sudah habis. Menyeduh teh sebaiknya hanya sekali. Kantung dan ampasnya sebaiknya langsung dibuang."
Selain kepekatan teh, memerhatikan asupan gizi pada anak yang sering minum teh juga penting. Misalnya, tidak membiarkan anak mengonsumsi teh dalam wakti berdekatan dengan konsumsi susu. "Teh dapat mengikis kalsium dan nutrisi susu. Sebaiknya diatur kapan minum susu dan minum teh."
Continue Reading | komentar

Indonesian National Team Wallpaper

12 January 2011

Sumber : www.bola.net


 Okto maniani 1

 Firman Utina

 Yongki Ariwibowo

 Arif Suyono

 Bambang Pamungkas

 Markus Horison

 Boas Salosa

 Irfan Bachdim

 Okto maniani 2

 M.Ridwan

 Jangan Berhenti Berjuang

Maju Tak Gentar

Berita Terkait :
Continue Reading | komentar

Kesehatan

More on this category »

Olahraga

More on this category »
 
Support : Home | Gaya Hidup | Tip Cinta | Kalimat Mutiara | About Me | Privacy Policy | Sitemap
Copyright © 2011. Pelangi Delapan - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger