Oktovianus Maniani dilahirkan di Jayapura, Papua, 20 tahun silam. Karir pria mungil yang akrab disapa Okto ini di kancah nasional dimulai pada tahun 2008 lalu. Ia terpilih sebagai salah satu pemain yang mewakili Papua di ajang PON 2008. Namun bakat Okto membuat dirinya mampu melejit meninggalkan sesama rekan-rekannya alumni PON 2008 seperti Titus Bonay, Alan Aronggear, David Lali dan Frendy Mofu. Sebelumnya, Okto pernah membela timnas U15. Dirinya pun pernah memperkuatPersipura U18 dan U21 di usia 15 tahun.
Pada tahun 2009, Okto memulai karir klub nya dengan membela PSMS Medan. Namun karena masih terlalu ‘hijau’ saat itu, pemain berukuran mini ini tak mampu berbuat banyak. PSMS pun terdegradasi setelah ditaklukkan Persebaya Surabaya di babak Playoff tim papan bawah. Pada paruh kedua musim itu, Okto sempat membela Persidafon Dafonsoro, namun dirinya dipecat karena mangkir latihan. Akhirnya Okto hengkang ke Persitara Jakarta Utara. Namun lagi-lagi dewi fortuna belum memihaknya di klub tersebut. Persitara juga terdegradasi dari Indonesian Super League.
Namun bakat dan kemampuan Okto memikat sebuah klub papan atas Indonesian Super League. Klub tersebut adalah Sriwijaya FC yang dilatih mantan pelatih timnas, Ivan Kolev. Disini karir Okto kian bersinar, dan membuat pelatih timnas saat ini, Alfred Riedl, tertarik untuk memanggilnya membela Merah-Putih.
Keputusan tersebut tak salah, Okto tampil impresif sebagai sayap kiri timnas. Posisinya pun nyaris tak tergantikan. Bahkan di dua pertandingan awal Piala AFF, Okto tak pernah digantikan dan bermain penuh selama 90 menit.
Tak hanya itu, ia pun memberikan kontribusi bagi 2 kemenangan dahsyat timnas. Uniknya, kontribusi Okto selalu menjadi penutup di dua pertandingan itu. Pada saat melawan Malaysia, umpan silangnya sukses disambar Irfan Bachdim dan membawa Indonesia memimpin dengan skor 5-1. Di pertandingan melawan Laos, Okto yang mencetak gol dengan aksi individunya yang menawan dan Indonesia menang dengan skor telak 6-0.
Sosok Okto mengingatkan Indonesia akan penampilan Boas Salossa. Bukan hanya permainan, secara fisik pun dirinya menyerupai bintang Papua yang tidak dipanggil di ajang AFF karena masalah indisipliner tersebut. Terlebih pada ajang AFF, Okto mencukur habis rambutnya.
Okto merupakan pemain sayap kiri yang ganas. Dribel dan kecepatannya membuat pemain bertahan lawan seringkali pontang panting mengejarnya. Tidak hanya itu, ia juga dikenal rajin melakukan pressing dan memiliki marking yang bagus untuk ukuran pemain sayap murni. Dalam hal kengototan, Okto bisa jadi mengungguli Boas.
0 komentar:
Post a Comment